Sebelum Buat Xbox, Microsoft Mau Beli Nintendo Tapi Dianggap Hanya Lelucon

Thomas Rizal, 7 Januari 2021

Sebelum Buat Xbox, Microsoft Mau Beli Nintendo Tapi Dianggap Hanya LeluconGaming Gear
Banner Ads

GAMEFINITY.ID, Jakarta – Nintendo hanya “tertawa terbahak-bahak” ketika ingin dibeli oleh Microsoft. Hal itu diakui para eksekutif Microsoft saat mengenang upaya perusahaan sekitar 20 tahun lalu. Setelah kegagalan membeli Nintendo, Microsoft akhirnya membuat Xbox, yang kini menjadi pemain papan atas industri konsol, bersaing dengan Nintendo dan Sony PlayStation.

Diungkap dalam laporan feature Bloomberg terkait asal mula bisnis Microsoft Xbox, para eksektuif Microsoft awalnya mendiskusikan upaya membeli berbagai perusahaan game, termasuk Nintendo, perusahaan pencipta Super Mario.

“Perusahaan pertama yang kami hubungi untuk dibeli adalah EA. Mereka berkata, ‘Tidak, terima kasih,’ lalu Nintendo,” kenang kepala pengembangan bisnis Microsoft, Bob McBreen.

“Steve (Steve Ballmer, yang kini menjadi CEO Microsoft – red) meminta kami menemui Nintendo untuk melihat apakah mereka mempertimbangkan untuk diakuisisi. Mereka hanya tertawa terbahak-bahak. Bayangkan selama satu jam seseorang hanya menertawakan Anda. Begitulah gambaran dari pertemuan itu,” tambah Kevin Bachus, direktur hubungan pihak ketiga Xbox saat itu.

Spencer PlattNewsmakers

Diakui oleh McBreen, pertemuan dengan Nintendo terjadi sekitar Januari 2000. Awalnya, Microsoft ingin bekerja sama untuk mengerjakan detail semua spesifikasi teknis Xbox. Saat itu, Nintendo dianggap memiliki kelemahan pada perangkat keras (hardware).

“Jadi ide yang kami tawarkan adalah, ‘Dengar, kalian jauh lebih baik dalam bagian permainannya seperti Mario dan semua itu. Mengapa kalian tidak membiarkan kami mengurus perangkat kerasnya?’ Tapi tawaran itu tidak berhasil.”

Menurut McBreem, Microsoft juga berusaha untuk membeli Square Enix, pengembang game Final Fantasy, dan Midway Games, penerbit dibelakang Mortal Komabt yang sekarang sudah bangkrut. Bahkan, Microsoft disebut-sebut sudah memiliki letter of intent (LOI) untuk membeli Square.

“Awal November 1999, kami pergi ke Jepang. Kami makan malam besar bersama CEO dan Steve Ballmer. Keesokan harinya, kami duduk di ruang rapat mereka, dan mereka berkata, ‘Bankir kami ingin membuat pernyataan.’ Dan pada dasarnya, bankir itu berkata, ‘Square tidak dapat melakukan kesepakatan ini karena harga (yang ditawarkan – red) terlalu rendah.’ Kami berkemas, pulang, dan itulah akhir cerita dari Square.”

Sementara terkait Midway, Bachus mengatakan bahwa setelah berdiskusi, Microsoft akhirnya memutuskan bahwa kesepakatan itu tidak potensial.

“Mereka sangat serius ingin diakuisisi, tetapi kami tidak dapat menemukan cara untuk membuatnya berhasil. Kami akan segera mengeluarkan mereka dari bisnis PlayStation, tetapi tidak membutuhkan grup penjualan dan pemasaran mereka.”

James LeynseCorbis via Getty Images

Satu akuisisi penting yang akhirnya berhasil dibuat Microsoft adalah untuk pengembang PC yang saat itu kurang dikenal, Bungie. Pada saat itu, kesepakatan tersebut menghadapi beberapa reaksi internal dan eksternal.

“Saya mendapat pesan suara dari Neil Nicastro, CEO Midway mengatakan bahwa kami adalah orang paling bodoh di industri ini. Dia mengaku dapat memahami kenapa kami tidak jadi membelinya, tetapi mengapa kami harus membeli pengembang game PC? Semua orang berpikiran itu bodoh,” kata Bachus.

Niatan itu sendiri juga ditentang oleh orang-orang Microsoft Jepang. Pada akhirnya, kesepakatan itu menjadi salah satu kesepakatan terbaik Microsoft, setelah Bungie menghasilkan game Halo: Combat Evolved, game launch title dari Xbox yang terjual lebih dari 5 juta kopi. Halo kini menjadi franchise eksklusif dari Microsoft, dengan seri keenamnya, Halo Infinite akan dirilis pada Q3/Q4 2021.

author avatar
Thomas Rizal
Update terus isu-isu terkini di GAMEFINITY.ID!
Share Artikel:
Banner Ads

Post Terkait: